HEADLINE

SAHABAT BERTOPENG_Puisi Puisi Kayla Aziza Shafiqa Nazara (Sastra Harian )

Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 5 halaman A4) untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI.
(Belum berhonor)
        

SAHABAT BERTOPENG

Untuk kamu sahabatku yang sudah berubah

Kecewa membelah relung hati
Mencabik setiap rasa hingga mati
Sungguh aku tidak pernah sangka
Bagai pagar makan tanaman.

Kau sahabat terbaikku
Kau selalu menghapus air mataku saat jatuh terpuruk
Kau orang pertama percaya padaku ketika dunia meragukanku
Kau memahamiku bahkan ketika bibirku bisu.

Ternyata semua kebaikanmu hanya ilusi
Kau menggunakan topeng dan membuatku menjadi manusia bodoh
Aku seakan di tampar realita yang membuka mata
Tersadar bahwa aku terlalu munafik.

Teganya dirimu menusukku dari belakang
Padahal di depanku kau selalu tersenyum tulus
Apakah ini caramu mempermainkanku?
Apakah penderitaanku berati bahagia untukmu?

Apa dosa hitamku padamu?
Sehingga kau tega mempermainkanku seperti boneka
Kau membuat hatiku sakit kawan
Apakah setelah ini kau masih pantas ku anggap sahabat.

Ku belajar satu hal penting hari ini
Bahwa sahabat sejati itu lebih berharga dari sebongkah emas
Lebih berharga dari seribu teman yang hanya ada saat mereka butuh
Kini ku paham semuanya.

Terima kasih untuk semua senang dan luka yang kau lukis
Hari ini hingga kapanpun nanti kuharap kita takkan bertemu lagi
Anggap saja kita tidak pernah bertemu
Sehingga sang waktu kan menjahit luka yang kau beri.

Tanjung, 200418


CELOTEHAN PENA


Dalam puing-puing dedaunan.
Terbawa lamunan nan jauh ke sukma , menebar harum dalam setiap makna.
Jauh ku arungi arti dari sebuah perjumpaan dalam butiran do’a.
Mencoba untuk bangkit dan terus melangkah tuk mencari sebuah perjumpaan

Denyut nadi tak bisa berhenti.
Berhenti dalam goresan dan peluh rasa ingin tahu.
Dari sebuah titik menjelmalah menjadi garis yang berlalu-lalang.
Itulah seumpamanya.

Berawal dari sebuah perjumpaan yang berkembang menjadi kebersamaan,
Lebih tepatnya sebuah keakraban.
Lajur kehidupan memang di takdirkan untuk berputar,
Begitu pula alur cerita ini,
Sekian Lama tinggal di bukit suka.

Kini aku terjatuh ke dalam lembah duka
Dari rasa sakit aku mencoba tepis rasa yang tak bersahabat itu
Tertatih, tapi bukan pedih
Aku masih terus berfikir.
Akankah sebuah perjumpaan akan menemui sebuah perpisahan?
Suara hati mengerutkan fikiranku untuk terus berlalu membawa angan.

Tanjung Tabalong, 2 Januari 2018


HUJAN

Bahkan hujan berdzikir
Dengan rintik rinainya
Menyiratkan kerinduan
Akan keagungan Tuhan

Hujan merindu
Dengan suara melodi
Menyebutkan Asma-Mu
Menuju sejati

Hujan bergemericik
Berkisah tentang kehidupan yang pelik
Bertutur.
Berhambur
Mengajarkan agar selalu bersyukur

Hujan berjuntai
Berkisah tentang segala umpatan pandai
Pengolah kata tujuan hina

Hujan membisikan namamu
Bertabur dalam tiap tetesannya
Partikel kerinduan
Rindu sebuah pertemuan
Keagungan abadi

Hujan menjadi kenangan tiada tara
Kala kita berbagi duka
Saling mengerti dalam derita
Berbicara tanpa kata

Hujan.
Disetiap tetesannya
Terselip namamu
Setiap sela-sela hujan
Di situ kerinduanku
Berpadu menjadi satu
Ritmis orkestra alam semu

Depok – Tanjung, 210418


TAK GUNA


Haruskah ku sesali cinta yg kau bawa dulu
Disaat aku mengikuti egoku
Selayaknya wanita yang tak mencintaimu

Haruskah ku sesali waktu yang berlalu
Sedangkan waktu tak mungkin ku putar ulang
Sedangkan waktu teruslah berganti
Tapi aku ini wanita yg mengharapkan kata cinta yang terucap dibibirnya dulu
Siapakah yang semestinya aku salahkan
Apa yang semestinya aku sesali

Haruskah cinta kujadikan alibiku atas perasaan ini
Karna dia tak hadir saat kau nyatakannya
Mengapa dia hadir saat kau pergi menjauh

Yang ada kini luka yang bersandar di hati
Yang menyesakkan dada
Hingga meluap air mata


BIDADARI TAK BERSAYAP


Sesosok dewi anggun bagai bunga bersemi
Cantik dan menawan hati

Engkau memang bukan bidadari
Tapi memandangmu cukup memberikan arti
Bahwa cinta ini tumbuh bersama datangnya angan
Bagai kering yang tersirami hujan

Engkau memang tak bersayap
Tapi hatimu membuatku melayang
Ke dunia yang tak pernah terbayang
Berkelana bersama tawa riang

Engkau mungkin bukan bidadari
Tapi di hatiku engkau mempunyai arti
Dan kini ku tak ingin lagi sendiri
Karena aku telah jatuh hati
Maukah engaku berada di sisi?
Menemaniku hingga akhiri nanti

Tanjung Tabalong, April 2018


Tentang Penulis

Kayla Aziza Shafiqa Nazara, tertarik untuk belajar menulis karya sastra, saat ini berdomisili di Murung Pudak Tabalong Kalimantan Selatan

                 

No comments