DI WAJAH PINTU_Puisi Puisi Hendri Krisdiyanto (Sastra Harian)
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 5 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi majalah Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI.
Sebuah koran dengan bentuk paling buruk
Merenung sendiri
Huruf-hurufnya selalu kehilangan pembaca
Setiap senja tiba.
Gitar yang tak pernah berdamai
Dengan pemetiknya terbaring kaku dan bersedih
Bagai sepasang kekasih yang kehilangan senja
Di tepi pantai.
Di wajah pintu
Seorang pengamen dengan suaranya
Yang selalu kabur dari nada
Memasang raut muka paling indah.
Februari,2018
Di jalan itu kulihat Ibu
Ia berjalan sepanjang trotoar seorang diri
Sesekali tangannya mengusap keringat
Yang jatuh di keningnya–mengalir ke pipinya.
Dari kedai aku melempar pandang
Menembus cahaya senja yang kilaunya
Memancar ke mataku
Ibu itu terus berjalan seperti tanpa tujuan
Tetapi itu bukan Ibuku
Sebab keberadaanku di Kota jauh.
Februari,2018
SEPERTI DALAM BERITA
: Sinabung
Seperti dalam berita
Kota sesak dengan derita
Debu seperti kabut mengepul memenuhi udara
Tangis pecah mengubur tawa
Pertanda apakah ini, Tuhan?.
Aku tak kuasa mendengar jerit balita
Tawa tenggelam ke suatu arah yang entah.
Februari,2018
SEPANJANG MALAM
Angin gugur di muka jendela
Suara senyap di telinga
Ruangan seperti jalan kosong yang panjang
Aku seorang diri menanam mimpi
Di malam kelam
Segala doa di panjatkan
Termasuk pada orang tua
Di kampung yang jauh di pandang.
Februari,2018
DETAK JAM
Jam berdetak
Bersama waktu
Melampaui dunia
Yang fana.
Jam berdetak
Suara dari masa silam
Hilang dengan hidup yang kelam.
Jam berdetak
Pintu masa depan melebar
Dengan semangat berkobar.
Jam berdetak
Aku berjalan
Dan lupa jalan pulang.
Februari,2018
MENGENANG KEMATIAN
: Alm.KH. Abdul Waris
Doa santri menggema ke penjuru dunia
Cahayanya memancar dari rahim semesta
Annuqayah berduka sepanjang usia zaman
Engkau meninggalkan jalan lurus ke arah
Yang kini engkau jangkau.
Februari,2018
MENERKA MUSIM
Aku terka musim
Setiap saat hampir gerimis
Daun-daun gugur menyentuh tanah
Langit lebam
Dunia seperti ruang kosong yang hampa
Sepasang kekasih merayakannya
Dengan gigil yang tiada tara
Seorang pejalan mengumpat rasa kesal
Karena baginya berteduh adalah upaya
Membuang-buang waktu.
Februari,2018
Tentang Penulis
Hendri Krisdiyanto lahir di Sumenep, Madura.alumni Annuqayah, Lubangsa. Puisinya pernah dimuat di: minggu pagi, buletin Jejak Jawa Barat. Antologi bersamanya: Suatu hari, mereka membunuh musim (Persi :2016 ), Kelulus (persi) dan sekarang aktiv di Garawiksa Institute Yogyakarta.
No comments