PENGUMUMAN JUARA DAN NOMINATOR LOMBA MENULIS MAJALAH SIMALABA TEMA KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
Alhamdulillah, segala puji kepada Allah yang maha agung karena setiap program yang digelar Simalaba selalu melahirkan calon calon penulis berbakat. Meski dari proses ini pula banyak yang tumbang kembali atau hilang tak berbekas karena kepribadian yang belum mumpuni, tetapi kami redaksi Majalah Simalaba tidak putus asa untuk menggali bakat bakat baru, dan sangat bangga karena ternyata di Republik ini semakin banyak para peminat dan pegiat dunia Literasi.
Dari lomba menulis edisi-2 yang kami beri tema KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP terkumpul cukup banyak karya yang masuk. Kendati demikian tidak semua karya yang kami terima sampai pada tahap seleksi (gugur sebelum seleksi) karena berbagai faktor yang elementer, seperti; tidak diberi nama siapa penulisnya, tidak ada sepotong pun biodata dicantumkan, menggunakan nama samaran yang sulit untuk dipahami (menggunakan nama samara seperti ini, kami nilai tidak sungguh sungguh ingin jadi penulis), memunculkan konten fornografi dalam karyanya, dll. Kami tetap berhasil mengemas beberapa nama dengan karya yang layak diberi apresiasi sebagai juara atau nominator. Berikut para juara dan nominator pilihan para crew redaksi Majalah Simalaba.
RINAWATI (Semarang, Jawa Tengah)
- Taman Surga Diantara Decitan Geraham (Nilai A)
- Kita Baru Tersadar, Setelah Semua Buyar (Nilai A)
Juara Kedua
NOVITA MUTI’ATUNNISA’ MUHAJIRININGSIH (Klaten, Jawa Tengah)
- Suara Anak-Anak Mimpi Di Ladang Lestari (Nilai B)
- Duka Di Mata Bunda (Nilai A)
Juara Ketiga
FARHAN AL FUADI
- Riwayat Kota (B)
- Silsilah Hutan (B)
Nominator Puisi Dan Cerpen
1. NANANG R (Banjarnegara, Jawa Tengah)
- Hutanku Kian Keropos (Nilai C)
- Di Sudut Kota (Nilai B)
2. Q ALSUNGKAWA (Lampung Barat)
- Air Mata Pertanda Musim (C)
- Menjadi Sungai (Nilai A)
3. SUFYAN ZULKIPLI (Lampung Barat)
- Lestari Alamku (Nilai C)
- Alam Dan Manusia (Nilai B)
4. S KAMALUDIN(Lampung Barat)
- Serpihan Surga (B)
- Pewaris Akhir (C)
5. ENDANG A (Jakarta)
- Dekil Tubuh Ciliwung (B)
- Perjalanan Waktu (C)
6. MUJIRAH (Jawa Tengah)
- Lestari Negeri Lestari Cintaku (Nilai B)
7. NASRUL M RIZAL (Bandung
- Celoteh Sampah (Nilai B)
Tentu Sobat Simalaba dan para peserta Lomba akan bertanya tanya;
“Siapa, sih, para juara itu?”
“Seperti apa, ya, karya mereka?”
“Kok, saya nggak jadi juara, dimana kelemahan karya saya dibandingkan mereka?”
“Bla, bla, bla…”
He..he..oks, adik adik sobat Simalaba semua. Kami akan tampilkan karya karya mereka. Nilai sendiri dan bandingkan sendiri, ya, dengan karyamu. Semoga bisa mempelajari aspek aspek yang perlu sobat perbaiki. Setiap event menulis yang kami selenggarakan adalah dalam rangka kaderisasi dan pembinaan calon calon penulis yang semoga kelak menjadi besar. Kami tidak pernah menerapkan standar pilih kasih. Kami akan katakan layak, bila memang layak. Dan kami akan katakan, belum layak, apabila memang belum layak. So, kami sudah sangat senang dan menyambut baik karena semakin ramainya minat membaca dan menulis di Simalaba saat ini. Berikut karya-karya para juara
TAMAN SURGA DIANTARA DECITAN GERAHAM
Madu terserak di meja kaca bekas ada lumatan.
Kemarin lambat luruh mengikis engsel
bejana di tiang rumah kita. Pun kita hendak terserap nikotin
pada kupu-kupu yang membakar sayapnya didepan wajah
hingga meresap di balik usus 12 jari, menuju mati.
Kita, demam menunjuk langit-langit tersulap
dengan dipelintir oleh pemilik alas kaki. Bahkan kita percaya,
tak ada uap keluar dari tubuh kita.
Tanda-tanda itu pertanda akan mulainya tidur lelap si kulit ari surga yang dipotong
menjadi kerak menggantung tunas. Hidup, dua puluh tahun lagi!
Disaat itu, tawa kita semakin keras dihadap riuh pencahaya.
Tumit melekat pada sekarung keramik dingin.
Bersuka, bernada, tertidur memeluk guling merah. Hingga pegulat mulai
tunjukkan jangkarnya, hantam remang kehitaman, sapu botol seperti serakan
yang tertimbun sadrah.
Lalu kita, menjadi pandai bersiul dengan gesekkan antar lidah dan geraham. Rampalkan
sanjungan asih, semata hanya decitan-decitan. Tak bernada, tak terlihat.
Semua itu sirna.
Hanya butuh taman surga, dikembalikan pada tempatnya.
Semarang, 15 September 2017
KITA BARU TERSADAR
SETELAH SEMUA BUYAR
Diantara retakan-retakan tanah yang mulai menyala
tak ada lagi kabut dan air. Dibasuhnya akar yang
kian meninggalkan paru-paru semenjak helai berguguran.
Pengang terasa sejak diambang pintu, tak ada mutiara disana
hanya tumpukan anak lalat yang mengernyit kekenyangan.
Liur-liur petaring mulai berkerak dan bulunya mulai rontok.
Penuhi tempat tidur.
Serak mulai berkembangbiak, tak ada kejernihan disini. Hanya ada muntahan asap yang
mengalir dengan riangnya.
Itupun ikan dipaksa hidup di dalamnya
dengan bantuan selang oksigen. Tentu mereka mau, karena mereka ingin tetap ada.
Kita sesekali bangga, bisa membuat cahaya terang tanpa listrik.
Kita cukup berkumpul dan membawa sebatang pentol korek. Dan terciptalah bunga
api menjelma pohon rindang.
Kemudian mata kita menjadi pedas penuh belek.
Tak bisa terbuka.
Kita mencari-cari air.
Hingga kita tersadar bahwa kabut, dedaunan, tanah, air
telah memusuhi diri.
Semarang, 16 September 2017
Tentang Penulis
Rinawati. Lahir di Grobogan, 12 Agustus 1996. Sedang menjalani pendidikan prodi Ilmu Perpustakaan di Universitas Diponegoro. Memiliki hobi mendengarkan music rock dan streaming film. Penyuka lukisan, terutama lukisan abstrak. Ia tinggal di Jln. Banjarsari Gang Tirtasari No.138 RT 02 RW 02, Kec. Tembalang-Semarang, Jawa Tengah 50275
PUISI PUISI NOVITA MUTI’ATUNNISA’ MUHAJIRININGSIH (JUARA KEDUA)
SUARA ANAK-ANAK MIMPI DI LADANG LESTARI
Air mataku tak sanggup tumpah
di kedalaman dadamu yang ruah
bulir-bulir rinai membatu
memenuhi sabana matamu yang bisu.
Masih menanti pagi, dalam khusyu tasbih pokok-pokok mati
meminta tubuh letih, bangkit menguliti erosi
menambali sobekan ozon yang makin menjadi
aku takut pokok-pokok sakura terkapar di musim semi.
Hingga mimpi akan rimbunnya padi habis ditelan sunyi
lalu palawija rontok ditimbun pagi
aku takut akan denting piring bergelimpangan menimpa sepi tanpa isi
tersebab langit berhenti menangisi pujian lestari.
Jika reboisasi terhenti, berganti riuh reklamasi
bacalah air mataku, bacalah resahku duhai pagi
tuliskan pilu di senja hari, saat kau gunduli rambut-rambut hutan tropis
yang nanar diterpa sinar yang tak mekar, lihatlah tangis tumpah pada gerimis.
Klaten, 15 September 2017.
DUKA DI MATA BUNDA
Bunda, di matamu kini terlukis bayang kekasih
mengering bersama pokok-pokok ringkih
duduk di huma tempat biasa kita bercanda
bersua dalam rengkuh suka cita.
Riak-riak di wajahmu, bunda
mengingatkan akan telaga abadi yang pernah kita selami
yang juga menyisakan kerontang di kerongkongan senja
masih terdengar sayup-sayup gemericiknya dalam maya.
Biarkan aku basuh kakimu bunda-
menyepuh retakan-retakan lusuh di telapaknya
mengaduh pada tapak-tapak tak rapuh yang menaungi luka
menggunduli ingatan yang mulai lupa akan rindangnya lestari
juga teduh matamu yang menghijau tanpa tetapi.
Biar kupangkas kuku-kuku hitam meruncing itu, bunda!
Biar tak membawa tangis di sela jemarimu yang gagah
yang tanpa mencaci menapaki percikan api dari benturan kerikil serakah
mengantongi pundi-pundi napasmu demi sebongkah tahta.
Klaten, 15 September 2017.
Tentang penulis
Novita muti’atunnisa’ muhajiriningsih. Dara kelahiran Kendal 6 November, seorang pendidik PAUD yang belakangan tertarik dengan dunia literasi. Tulisannya dapat dilihat lewat Facebook-nya Muthiyyatunnisa Vhietha. Beberapa sudah dibukukan dalam antologi puisi bersama.
PUISI PUISI FARHAN AL FUADI (JUARA KETIGA)
RIWAYAT KOTA
Berabad-abad kota tumbuh di tepi sungai
Seiring jalannya waktu di lambung zaman
kota pun menuakan segala ingatan
bahwa pada arus sungai
kita tanggal segala harapan:
adakah hari esok lebih jernih dari riak air?
Rumah-rumah menjulur
kaki ke dasar sungai dan menimbun limbah,
ilalang
belukari jalanan
dan rebah sunyi di atas bantaran,
“Di sana kita pernah mandikan matahari”
– katamu.
Dan, di tepi sungai
mimpi-mimpi tererosi,
melumut,
lantas hanyut
ke laut
tak tahu rimbanya
: Orang pun mulai lupa jernih riak sungai
Dan kota pernah tumbuh dari airnya.
Serang, 7 September 2017
SILSILAH HUTAN
Pemukiman makin merangsek, ketika jumlah penduduk
kota makin memadat.
Tak lagi menyisakan petak tanah berpijak
dan menanam ladang.
Kebun-kebun pun makin miskin.
Dan hutan tereksploitasi, lalu singsat dan makin sempit.
Gunung-gunung gundul karena penebangan liar,
orang makin lapar merambah hutan.
Hutan kita makin miskin.
Urat sungai-sungai yang menjalar dari akar-akar,
semakin sunyi menunggu titik tiba pada musim kemarau.
Dan kampung-kampung kehilangan air bersih.
Pun kota, siang dan malam minum air kamuplase.
Lalu, hutan makin terang.
Sedang matahari terus membakar.
“Di balik gunung, pohon-pohon ranggas siap menyala!”
Entah siapa berteriak dari bukit-bukit terjal
yang siap longsor kapan saja.
Dan kota mengembunkan asap sejak matahari bergelinding
di ufuk timur, mungkin saja akan menua sebelum tiba
di ufuk barat.
Orang-orang berhamburan ke jalan-jalan
“Mana malam, mana siang?” mereka bertukar sesumpat
dan seperti hilang akal, berlarian ke berbagai sudut kota,
mencari air bersih di got-got dan irigasi berair limbah
bukan kopi, bukan teh manis, bukan air soda
mungkin lebih kecut dari air raksa.
Dan. Kita pun lupa silsilah hutan.
Serang, 18 September 2017
Farhan al Fuadi, penulis yang beraktifitas di Yayasan Bhakti Banten, Serang, sebagai guru relawan adalah alumnus Pondok Modern Daar el Istiqomah Serang-Banten, dan Jurusan Filsafat Agama UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten Serang, anggota Komunitas Sastra Gunung Karang – Pandeglang.
Menjadi kontributor pada proyek penulisan buku Prosofografi Syekh Nawawi al-Bantani (Budpar Provinsi Banten, 2014), Biografi K.H. Syam’un (Budpar Prov. Banten, 2015), Biografi Ulama Banten Seri 1 (Budpar Prov. Banten, 2014), Sejarah Cilegon (Budpar Kota Cilegon, 2016), dan Ensiklopedia Tokoh Agama Nusantara 15 vol. (Puslitbang Kemenag RI, Jakarta, 2016).
Karya sastranya dalam bentuk puisi dan cerpen kerap kali dipublikasikan di media cetak dan online. Pernah dipublikasikan di Majalah Sabili 2014.
Catatan: untuk para juara dan nominator harap inbox alamat ke akun fb Puisi Lambar untuk konfirmasi alamat, pengiriman Majalah dan sertifikat cetak.
SEMUA KARYA JUARA DAN NOMINATOR AKAN DIMUAT MAJALAH SIMALABA EDISI-3
Salam Segenab Redaksi
Majalah Simalaba
No comments