HEADLINE

SUARA IKATAN MAHASISWA BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SE-INDONESIA (IMABSII) TERHADAP PERSOALAN PUISI ESAI DENNY JA



SUARA IKATAN MAHASISWA BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SE-INDONESIA (IMABSII) TERHADAP PERSOALAN PUISI ESAI DENNY JA

Oleh: Dira Wulandari

Becik ketitik, olo ketoro (baik akan menuju  inti, yang buruk juga akan terlihat).
Bangsa kita bangsa yang besar dengan segala petatah petitih, perumpamaan, peribahasa, petuah yang segalanya diwariskan oleh nenek moyang kita untuk mampu bijak dan arif dalam berkehidupan. Dan memang demikianlah adanya manusia sebagai kaum yang dianugerahi kemampuan berpikir dan bernalar, dilebihkan bila dibanding makhluk lainnya; namun segala keistimewaan itu belumlah menjamin manusia berbuat kebenaran terlebih lagi "memperjuangkan" kebenaran.

Polemik berkepanjangan terkait puisi esai yang diklaim oleh Denny JA sebagai bentuk genre baru puisi Indonesia, (lucunya sampai mengakui sebagai tokoh pembaharu) menuai kontroversi dan penolakan. Wajar!! Jelas!!! Siapapun yang khatam Sastra Indonesia terlebih lagi berkecimpung dalam dunia puisi, akan lantang mengatakan puisi esai sebagai "puisi cacat" dalam kesusastraan Indonesia. Tidak layak diteruskan bahkan "diaminkan" oleh generasi-generasi mendatang. Betapa tidak? Sindikat mengiming-imingi honorer 5 jt setiap satu karya, sebelum proses kreatif seseorang untuk berkarya terjadi. Otomatis orientasinya bukan pada karya tetapi pada nominal dan jumlah finansial yang akan diperoleh secara instan. Pantaskah diklaim sebagai puisi pembaharu, jika dalam prosesnya harus ditawari uang untuk berkarya? Logika bermain. 
Disini upaya untuk mengerdilkan sastra Indonesia terjadi, membunuh mental serta karakter bangsa dengan penawaran honorer sehingga orang tidak lagi melihat sastra sebagai panggilan jiwa dan pengabdian, tetapi upaya untuk mengatasi alasan klasik faktor ekonomi maupun finansial. Sastra bukan lahan bisnis dan menimbun harta.
Lalu, 
Jika puisi pembaharu, masyarakat tentunya akan antusias menerima kehadirannya dan menyambutnya lebih dari sekadar petasan lebaran. Toh, seluruh pintu gonjang-ganjing, diskusi berjilid-jilid, kita yang mafhum dan masih dibekali kewarasan, mampu melihat mana yang murni, mana yang terkesan dipaksakan. Puisi esai menuai penolakan bahkan sampai ke seluruh kampus-kampus. Catat sastra! Upaya pembodohan masal dengan mengelabui kaum penulis muda. 
Dan.. beberapa motif lain yang sudah sama-sama dipahami. 

Karena sudah menyangkut puisi, khususnya Sastra Indonesia; maka ada ranah IMABSII disini yang notabene memiliki tupoksi terhadap kebahasaan dan kesusatraan Indonesia. Gerakan proyek pembuatan puisi esai harus dihentikan! Kaum terpelajar, penulis muda, penyair jagung harus dibenahi dan dikawal. Masyarakat harus disadarkan dan dikembalikan pada kenalaran yang sebenarnya. Jangan menciderai marwah Sastra Indonesia untuk "urusan perut" maupun mendongkrak popularitas. IMABSII yang tersebar di seluruh Indonesia wajib mengemban amanah sebagai filsuf muda yang harus menyadarkan lingkungan, mengingatkan pada kebenaran. Kaum penulis muda terus tumbuh, tumbuhnya haruslah diimbangi dengan pembekalan dan penguatan agar tidak menciderai marwah Sastra Indonesia.

Atas hal tersebut, IMABSII mengajukan:

1). Meminta kepada Kemendikbud agar tanggap terhadap dinamika serta persoalan terkait kesusastraan Indonesia saat ini.

2). Menolak proyek puisi esai jilid II yang digagas DJA dan iming-iming honorer sebagai bentuk membunuh mental bangsa.

3). Meminta DJA menghentikan proyek puisi esai jilid II ini.

4). Menghentikan segala bentuk penipuan serta upaya untuk membodohi masyarakat dengan kehadiran puisi esai dan upaya-upaya lain terkait menciderai marwah Sastra Indonesia.

5). Mengimbau kepada himpunan bahasa dan sastra Indonesia yang tersebar di seluruh Indonesia untuk TIDAK terlibat dalam proyek pembuatan puisi esai, baik secara kelompok maupun individu, baik alasan material maupun finansial serta faktor-faktor lain yang disinyalir mendukung proyek puisi esai ini agar segera dihindari.

Jakarta, 19 Januari 2018

IMABSII
IKATAN MAHASISWA BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SE INDONESIA

1. Dira Wulandari - Sumatra Utara
2. Febriyan Koto - Riau
3. Gerut Halibi - Sumatra Selatan
4. Imarafsah Mutianingtyas - Yogyakarta
5. Sastra Ilo - Sulawesi Selatan
6. Mukhsin Kota Al Florezi - Nusa Tenggara
7. Rida Tania Noviani - DKI Jakarta
8. Rizki Ramadhan - DKI Jakarta
9. Kahar Muzakar - Sulawesi Tenggara
10. Ance rolapika.S-Himabsi Bengkulu
11. Ahmad Fauzan Al Fatih-Malang
12. Redovan Jamil - Sumatera Barat
13. Yoakim Y Mario Leu- Nusa Tenggara
14. Miftahul Huda - Sumatra Selatan
15. Dawamul Mukarom - Jawa Timur
16. Umar Khalif - Jambi
17. Aminuddin-Malang
18.Musdalifah-Palu Sulawesi Tengah
19.Riana Fatmalia - Riau
20. Agus salim idrus.       - - Sulawesi Barat 
21. Eko Efryanto - Riau
22. MULYADI - Sumatra Barat 
23. Barnadi Zakaria-Sulawesi Selatan
24. Hera Apriani - Sumatera Selatan
25. Gun Gun - Jawa Barat

Tulisan ini dimuat oleh media SIMALABA dengan tetap mengedepankan independensi redaksi media ini, dipersilahkan bagi pihak manapun yang ingin menulis tanggapan atau berbagai ulasan lainnya, dengan menggunakan fakta-fakta ilmiah dan otentik, serta argumentasi yang ilmiah juga realistis. Silahkan kirimkan ke e-mail: majalahsimalaba@gmail.com, beri subjek SASTRA TIAP HARI (non honorium)

No comments