HEADLINE

SEPERTI KUKUH YANG TANGGUH_Cernak Kak Ian (Jakarta)

Redaksi menerima tulisan
Puisi minimal 5 judul, Esai, Cerpen untuk kami Siarkan setiap hari. Semua naskah dalam satu file MS Word dikirim ke e-email: majalahsimalaba@gmail.com
beri subjek_VERSI ONLINE
Redaksi online ini akan mempublikasikan naskah setiap hari dan akan memilih satu puisi dalam setiap minggunya untuk dibuat film puisi
(Mohon maaf, laman ini belum dapat memberikan honorium)


Seperti Kukuh yang Tangguh


Di tanah lapang yang luas ada seekor kuda jantan sedang berlatih pacu. Ia adalah kuda pacu dari Pulau Sumba yang sangat kuat dan tangguh. Kukuh nama kuda jantan itu.

Ketangguhan Kukuh dalam berpacu tidak diragukan lagi. Ia selalu memenangkan setiap pertandingan pacuan kuda. Sehingga ketangguhannya itu didengar oleh Gigih.

Gigih adalah kuda yang hidup sebatang kara. Ia bertubuh kurus dan ringkih.

Akhirnya Gigih pun mendatangi Kukuh. Ia menghampiri Kukuh agar bisa menjadi sepertinya. Kukuh yang melihat ke arah Gigih yang bertubuh kurus dan ringkih mencibirnya dengan angkuh.

“Untuk apa kamu menghampiri aku?” tanya Kukuh.

“Aku ingin menjadi kuda pacu yang tangguh seperti kamu,” jawab Gigih.

“Oh, begitu! Kalau kamu ingin menjadi diriku pekan depan temui aku lagi di sini! Lalu kamu harus mengalahkan aku dulu. Jika kamu bisa mengalahkanku maka akan kulatih dirimu menjadi kuda pacu yang tangguh. Apa kamu berani!” seru Kukuh.

Gigih yang mendengar ucapan dari Kukuh sesaat terkejut.

“Bagaimana kamu menyanggupinya atau tidak?” ujar Kukuh kembali.

“Baiklah aku akan mencobanya!” dengan ragu-ragu Gigih menjawabnya.

“Ya, sudah sampai ketemu pekan depan,” ucap Kukuh sambil berlalu meninggalkan Gigih. Lalu Kukuh pun kembali ke kandangnya.

Gigih kembali memikirkan cara bagaimana mengalahkan Kukuh nanti.

Akhirnya karena masih ada beberapa hari lagi. Gigih pun merencanakan apa yang harus ia lakukan.

Pertama kali Gigih lakukan adalah menjaga tubuhnya agar selalu bugar dan tetap kuat. Ia pun pergi ke sebuah hutan untuk mencari madu seusai mencari makan. Tapi saat akan mencari madu itu ia dihalau oleh pasukan Lebah Pekerja. Karena Gigih sudah memasuki kawasan lebah dan merasa lebah-lebah itu merasa terusik. Mereka pun akhirnya menyerbu Gigih.

“Maaf, Teman! Aku kemari hanya meminta madu kalian sedikit saja. Aku bukan mengusik kalian,” ucap Gigih memberitahukan kedatangannya. “Boleh aku pinta madu kalian?” lanjutnya.

“Tapi untuk apa kamu meminta madu kami?” tanya salah satu Lebah Pekerja pada Gigih.

“Aku ingin menjadi kuda pacu seperti Kukuh. Tapi sebelum aku menjadi kuda pacu aku ditantang oleh Kukuh. Jadi jika mengalahkannya aku akan dilatih oleh Kukuh. Maka dari itu aku meminta madu kalian untuk tubuhku yang kurus ini agar bisa bugar dan kuat saat nanti beradu pacu dengan Kukuh. Maukah kalian membantuku,” dengan lirih Gigih pun menjelaskan maksud kedatangannya.

Karena melihat tubuh kurus dan ringkih Gigih akhirnya pasukan Lebah Pekerja mengizinkan Gigih mengambil madu-madu itu. Gigih pun sangat senang.

“Terima kasih, Teman! Aku akan ingat selalu kebaikan kalian,” jawab Gigih seusai menikmati madu-madu lalu ia kembali pulang ke kandangnya.

Usai Gigih mendapatkan madu-madu itu keesokannya dan seterusnya ia melatih kecepatan laju pacunya setiap pagi dan sore. Begitu seterusnya yang dilakukan Gigih sebelum menemui Kukuh untuk menerima tantangannya.

Kukuh melakukan itu semua dengan sungguh-sungguh. Karena ia ingin menjadi kuda pacu seperti Kukuh.

Tidak terasa hari pun terus berganti. Akhirnya hari yang ditunggu pun tiba.

“Bagaimana kamu sudah siap?” tanya Kukuh saat melihat Gigih sudah di hadapannya.

“Iya, aku sudah siap!” seru Gigih.

Mereka pun bersiap untuk melaksanakan tantangan itu di tanah lapang luas itu. Mereka sudah berkumpul di tempat itu. Tempat di mana Kukuh berlatih pacu.

Dan dimulailah hitungan maju itu. Tapi belum sampai hitungan ketiga Kukuh jatuh. Ia terkulai lemas. Sedangkan Gigih berhasil sampai lebih dulu di garis finish.

“Baiklah aku akui kamulah pemenangnya!” tukas Kukuh.

“Sudah! Sudah aku tidak memikirkan itu dulu. Tapi yang aku pikirkan keadanmu sekarang. Aku rasa kamu belum makan saat bertanding denganku,” ucap Gigih membantu Kukuh berdiri.

“Iya, aku memang belum makan! Majikanku sakit jadi ia tidak bisa membawa makanan untukku. Seperti janjiku kepadamu maka aku akan melatih kamu menjadi kuda pacu yang tangguh,” jawab Kukuh.

“Terima kasih atas kebaikanmu. Kalau begitu mari ke tempatku. Di sana aku masih punya makanan untuk kamu..”

Kukuh yang mendengar ucapan Gigih menjadi terharu. Ia merasa malu karena sudah menganggap Gigih sebagai kuda kurus dan ringkih yang tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi saat menerima tantangan itu Gigih ternyata begitu lincah dan kuat berpacu.

Akhirnya Kukuh pun menerima Gigih untuk dilatih menjadi kuda pacu yang kuat dan tangguh. Dan Kukuh juga tidak akan lupa atas  kebaikan Gigih yang sudah dilakukan untuknya. Ternyata selain Gigih semakin gigih atas keinginannya untuk menjadi kuda pacu yang kuat dan tangguh di Pulau Sumba. Ia juga peduli pada sesama. Itulah sikap Gigih yang sesungguhnya.

Tentang Penulis

Kak Ian, bekerja sebagai Guru Jurnalistik tingkat Sekolah, penulis Fiksi Anak dan Remaja serta mahasiswa jurusan PAI. Aktif di Komunitas Pembatas Buku Jakarta dan pendiri Perpus Jalanan Pembatas Buku Jakarta. Penikmat fiksi-fiksi bertemakan misteri dan detektif. Cerpen, cernak, puisi dan artikelnya telah dimuat di berbagai surat kabar lokal dan nasional dan online. Serta beberapa kali memenangkan lomba-lomba kepenulisan.

baca juga:


No comments